Proyek Akhir MSIB SEAL: Kembangkan SPBE Camp Menggunakan Framework Laravel Untuk Diskominfos Provinsi Bali

Ida Bagus Indra Dewangkara

Sebagai mahasiswa, saya tidak ingin hanya mengikuti kelas di bangku perkuliahan saja. Artinya, saya sangat tertarik untuk mengikuti program-program pengembangan diri yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta.

SEAL merupakan salah satu mitra yang terdaftar di dalam platform Kampus Merdeka. Tepatnya, SEAL terdaftar di dalam program Studi Independen Bersertifikat.

Dengen demikian, saya berinisiatif mengikuti program ini secara penuh dan akan terkonversi sebagai pengganti mata kuliah di kampus.

Setelah mengikuti kegiatan kurang lebih 3 bulan, saya sudah sampai ke dalam titik final. Titik final ini adalah mengimplementasikan semua materi yang saya dapatkan di SEAL ke dalam bentuk projek akhir.

Tanpa berlama-lama lagi, berikut adalah cerita-cerita yang dapat saya bagikan terkait pengalaman saya selama melaksanakan projek akhir ini.

Penetapan Mitra

Awalnya kami diberikan tiga pilihan mitra yang boleh dipilih oleh rekan-rekan kelompok Bali. Namun, setelah mentor melakukan diskusi mereka tidak menetapkan mitra pilihan mahasiswa. 

Mitra yang terpilih adalah Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi Bali atau disingkat menjadi Diskominfos. Dengan terpilihnya Diskominfos sebagai mitra, maka dilakukanlah briefing singkat yang diberikan oleh mentor kota saat itu.

Pemilihan Role

Sebelum terjun ke dalam pembuatan projek akhir, mentor menyarankan untuk melakukan pemetaan role sesuai dengan keterampilan mahasiswa. 

Pada penetapan role ini sebenarnya saya sangat ingin memilih analis. Hal tersebut sesuai dengan role yang sudah saya pilih saat melakukan pendaftaran awal SEAL. 

Namun karena kebutuhan tim, akhirnya saya memberanikan diri untuk mengambil role backend. Hitung-hitung juga sebagai bahan untuk pembelajaran backend walaupun pemahaman saya tidak terlalu baik di role ini.

Projek Akhir Dimulai...

Tepat di tanggal 4 November 2022, saya dan rekan-rekan kelompok Bali mendatangi Diskominfos untuk pertama kalinya. Pada pertemuan ini, saya berkoordinasi dengan Bapak I Gusti Ngurah Puspa Udiyana selaku Sub Koordinator Unit Substansi Aplikasi Informatika.

Pada pertemuan ini juga saya dan rekan-rekan mendapatkan projek yang akan dikerjakan. Terdapat beberapa daftar projek yang dapat kami lanjutkan dari batch 2, akhirnya kamipun mendapatkan bagian Project Management SPBECamp.

Metodelogi Pengerjaan Projek Akhir

Karena projek ini adalah projek lanjutan yang dilaksanakan oleh batch 2, jadi mau tidak mau kelompok harus mengatur ulang strategi terkait metodelogi pengerjaan.

Guna mempermudah pemahaman metodelogi yang saya gunakan, silakan lihat gambar 1 yang ada di bawah ini.

Gambar 1. Model Metode Pengembangan SPBE Camp

Menilik dari gambar di atas, terlihat bahwa proses yang utama yakni terletak pada design thinking dan pengembangan website.

Jika diperhatikan, proses design thinking hanya menghasilkan output berupa tambahan/pembaruan user persona dan prototype saja. Perlu saya jelaskan, adapun alasan hal tersebut dapat terjadi dikarenakan beberapa kendala sebagai berikut.

Permintaan Stakeholder

Stakeholder yang merupakan tim SPBE Diskominfos tidak menyarankan untuk melakukan penambahan design thinking. Hal tersebut dikarenakan mereka menganggap bahwa semua proses design thinking sudah cukup dan harus dilaksanakan proses pengembangan sistemnya.

Kesepakatan Kelompok

Dengan pernyataan stakeholder tersebut, kelompok yang sebelumnya ingin mengulang proses design thinking akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkannya. Hal tersebut juga dikarenakan kemampuan untuk melakukan pengembangan sistem terbatas oleh waktu dan jumlah expert.

Pada pembaruan design thinking, saya berkontribusi untuk melakukan pembaruan user persona yang dimana sebelumnya ini tidak ada pada batch 2.

Adapun hasil dari user persona yang saya lakukan yakni sebagai berikut.

Gambar 2. User Persona Pegawai Diskominfos

Dilihat dari gambar di atas, dapat disimpulkan bahwa calon pengguna itu menginginkan sebuah sistem yang dapat membantu mereka untuk memonitoring dan berkoordinasi secara langsung dengan OPD sebagai klien.

Selain itu, mereka juga ingin sebuah sistem aplikasi yang terintegrasi untuk melakukan manajemen oleh rekan tim teknis. Di sisi lain calon pengguna juga merasa sulit untuk membagikan informasi kepada sesama pengembang, mengintegrasikan request yang tidak disediakan oleh sistem manajemen proyek sementara (Freedcamp), serta tentunya sulit membagi tugas saat akan mengerjakan projek.

Selain itu, saya juga ikut berkontribusi untuk melakukan analisis kompetitor. Analisis kompetitor saya inisiatif lakukan guna mengetahui apakah akan diperlukan fitur baru atau tidak, tentunya sesuai dengan bagaimana proses empathyze dan define dari design thinking.

Berikut adalah hasil dari analisis kompetitor yang saya lakukan untuk kelompok SPBE Camp.

Gambar 3. Analisis Kompetitor

Ada alasan utama mengapa SPBE Camp perlu dibuat. Alasan utama itu adalah dikarenakan Freedcamp memiliki tiga kekurangan fitur yang mengganggu proses kerja tim teknis SPBE.

Yap, ketiga fitur tersebut adalah Request Project, Tanggapi Request Project, dan Add Member. Khusus pada Add Member sebenarnya Freedcamp menyediakannya, tetapi itu berbayar dan mengakibatkan penambahan biaya yang harus dikeluarkan oleh Diskominfos.

Maka itu, guna meringankan biaya dan mengurangi kesulitan tim teknis, maka dibuatkanlah Project Management System SPBE Camp. Pada sesi berikutnya saya akan menjelaskan dan bercerita mengenai apa saja yang saya lakukan selama menjadi seorang backend pengembang SPBE Camp.

Pengembangan Sistem (Backend)

Pada sesi ini, saya akan menjelaskan bagaimana proses pengembangan backend yang saya lakukan pada projek akhir ini. Selain itu, saya juga akan menceritakan kendala dan segala hal yang menjadi sebuah pengalaman tersendiri.

Minggu pertama adalah minggu buruk bagi seorang backend pemula seperti saya. Jika diingat lagi, saya sama sekali tidak mengerti harus melakukan apa untuk projek akhir ini.

Namun saya tidak diam begitu saja. Tentunya, saya mencari banyak sumber di internet terkait bagaimana cara melanjutkan backend dari projek yang sebelumnya dikerjakan.

Ini sungguh menjadi tantangan tersulit yang saya lakukan pada tahun ini. Putus asa? Hampir, karena setelah saya ikuti berbagai tutorial saya tetap tidak berhasil mengerjakan satupun fitur yang harus diselesaikan.

Namun, agar saya tidak membuang waktu begitu banyak dan merugikan tim, sayapun berinisiatif untuk membantu frontend mengerjakan tugasnya.

Untuk detailnya, sesi in progress dan completed yang saya lakukan pada projek akhir saya uraikan kembali sebagai berikut.

Frontend: Pembaruan Login (Completed)

Dari sisi frontend, saya berkontribusi untuk memperbaiki fitur login. Alasan saya memerbaiki tampilan fitur ini dikarenakan tidak sesuai dengan UI/UXnya.

Gambar 4. Frontend Login

Tampilan login dari batch 2 tidak berupa pop-up, tetapi pindah halaman. Inilah yang saya lakukan perbaikan agar sesuai dengan UI/UXnya.

Selain itu, pemilihan API Google dan Facebook juga sebelumnya kurang rapi, sehingga saya merapikannya. Serta, saya juga menambahkan opsi login ke SSO sesuai dengan permintaan tim teknis.

Backend: Fitur Login dan Register (Completed)

Fitur ini adalah fokus saya bersama rekan-rekan backend pada minggu pertama hingga ketiga. Namun, semua tutorial yang kami ikuti tidak berhasil untuk projek akhir.

Hingga memasuki minggu ke empat, saya mendapatkan saran dari salah satu mentor bahwa tidak perlu untuk menyelesaikan fitur yang sulit untuk dibuat. 

Sebenarnya, fitur ini sudah selesai saya kerjakan dengan mengikuti tutorial salah satu pengajar di platform YouTube. Namun, karena saya mengikuti tutorial penuh, tampilan yang saya buat tidak sesuai dengan frontend SPBE Camp.

Adapun tampilan login yang sudah selesai saya kerjakan dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5. Tampilan Login SPBE Camp yang Tidak Sesuai

Mengapa saya tidak dapat mengikuti tampilan frontend pada fitur login? Kendala yang saya alami adalah tidak mengetahui di mana peletakan kode dan fungsi dari kode batch 2.

Kendala tersebut sebenarnya sudah saya coba atasi dengan mengikuti kelas tematik Backend. Namun, hal tersebut masih sangat tidak membantu.

Namun, seiring berjalannya waktu, dengan bantuan rekan tim, fitur login dan register berhasil dibuat dengan kedua tampilan sebagai berikut.

Gambar 6. Login

Selain login, fitur register juga telah diselesaikan oleh kelompok dengan hasil sebagai berikut.

Gambar 7. Signup/register

Selain itu, seluruh data yang telah diinput pada kedua fitur di atas juga telah terkoneksi ke dalam basis data dengan hasil berikut ini.

Gambar 8. Basis Data Tabel Users

Selanjutnya adalah penjelasan terkait progress dari fitur yang lainnya.

CRUD Project Task (In Progress)

Salah satu fungsi utama Project Management System SPBE Camp adalah project tasknya. Pada fitur ini, saya bertanggung jawab untuk melakukan pembuatan CRUD.

Pada bagian create, saya telah berhasil membuatnya dan sekaligus memperbaiki bagian priority dan status yang sebelumnya gagal dikerjakan (tidak terkoneksi ke dalam basis data).

Adapun hasil dari create Project Task yakni sebagai berikut.

Adapun basis data yang terhubung dalam fitur Project Task ini yakni sebagai berikut.

Dari fitur Project Task ini, adapun fungsi Edit, Delete, dan Read belum dapat diselesaikan. Maka itu, fitur Project Task secara keseluruhan masih ada di dalam tahap In Progress.

Fitur ini juga menjadi fitur terakhir yang saya kerjakan pada sisi backend. Hal ini juga tidak lepas dari keterbatasan waktu sebelum saya dan kelompok harus mepresentasikan progress akhir oleh SEAL sebagai mitra utama.

Kendala-Kendala yang Dihadapi

Pada projek akhir ini saya dapat katakan memiliki kendala yang amat sangat banyak. Ya, sebenarnya saya merasa tidak maksimal dalam melaksanakan projek akhir ini dikarenakan kendala-kendala ini

Adapun beberapa kendala yang saya hadapi di antara lainnya adalah.

Ini adalah alasan utama yang menjadi kendala. Ya, pembekalan ilmu yang singkat dan hanya menyaksikan video tanpa bimbingan adalah alasan saya tidak mampu mengerjakan backend dengan sempurna.

Mungkin ada beberapa yang cepat paham dengan pembekalan ini. Namun, menurut saya pemberian materi hanya menonton video tidak cukup untuk mengerjakan projek berskala besar dengan sempurna.

Saya menyadari betul bahwa saya memiliki skill yang kurang dalam bidang backend. Namun, saya benar-benar membutuhkan bimbingan yang instensif untuk dapat maksimal mengerjakan projek.

Sayangnya, ini tidak terjadi dengan baik. Sayapun tidak bisa berbuat banyak dikarenakan tim teknis yang selalu menganggap saya sudah harus mengerjakan mandiri dan itu membuat saya dan tim justru kesulitan.

Ini juga menjadi masalah internal tim. Komunikasi jarak jauh bersama anggota tim Banyuwangi terkadang membuat kami merasa kesulitan.

Adanya beberapa anggota kelompok yang sering menghilang dan tidak mengerjakan bagian tugasnya juga menjadi salah satu mengapa kami tidak dapat maksimal dalam projek. Selain itu, tolong menolong di dalam tim juga dapat dibilang sangat rendah.

Kesimpulan

Kesimpulan dari semua penjelasan di atas adalah Project Management System SPBE Camp telah dilanjutkan dari batch 2 dengan berbagai pembaruan tertentu.

Menilik dari role yang saya pegang, yakni backend, adapun beberapa pembaruan dapat diuraikan yakni (1) Fitur Login, (2) Fitur Register, (3) Add Project, (4) Add Timeboard.

Tidak hanya itu, pembaruan juga terjadi pada bagian design thinking, khususnya pada bagian define. Pembuatan user persona sangat penting untuk mengetahui pemodelan calon user dari sistem SPBE Camp ini.

Selain itu, diciptakan juga analisis kompetitor guna mengetahui perbedaan antara SPBE Camp dengan Freedcamp. Adapun tiga perbedaan utama, yakni request project, respon request project, dan add member.

Sekian yang dapat saya sampaikan, apabila ada salah kata pada tulisan ini saya meminta maaf yang sebesar-besarnya. Saya harap, kedepannya SEAL dan mahasiswa dapat saling berbagi ilmu baru sehingga tujuan dari SEAL dan mahasiswa senantiasa bermanfaat bagi semua pihak.

Skip to content